![]() |
Logo Kodam Diponegoro |
Motto Kodam IV/Diponegoro
Pada pita yang melingkar di bawah standar panji kesatuan Divisi Diponegoro tertulis sesanti “SIRNANING YAKSO KATON GAPURANING RATU“ yang arti kata-katanya adalah “KEBAHAGIAAN AKAN DAPAT TERCAPAI DENGAN JALAN MENGHILANGSIRNAKAN SEGALA PERINTANG, PENGHALANG KEMAJUAN NUSA DAN BANGSA“.
Tulisan sesanti di atas bila
direnungkan, niscaya kita akan larut dalam kekaguman betapa agung dan
dalamnya kandungan nilai-nilai luhur yang diemban prajurit diponegoro
khususnya dalam rangka upaya menentang kezaliman dan penindasan,
mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik
dari dalam maupun dari luar negeri untuk mencapai kejayaan bangsa dan
negara Pancasila.
Arti dan Makna Lambang
Kodam IV/Diponegoro
Lambang Kodam IV/Diponegoro
adalah miniatur perpaduan dari lukisan tata warna, tulisan dan gambar
yang padat akan arti dan makna sebagai berikut :
a. Tata warna Putih-Kuning-Merah dan Hitam memiliki arti yaitu :
1) Warna Putih berarti Suci
2) Warna Kuning berarti cahaya yang melambangkan kemahiran, ketrampilan dan ketangkasan.
3) Warna Merah berarti berani
4) Warna Hitam berarti ketenangan
Keseluruhan arti perpaduan tata warna di atas mengandung makna yaitu bahwa sifat, karakter dan kepribadian segenap prajurit Diponegoro dalam pelaksanaan tugasnya wajib bersih dan jujur, mahir, gagah, berani, dan selalu tenang.
b. Tulisan kata “Diponegoro” diambil dari nama Pangeran
Diponegoro, seorang pahlawan nasional dari Jawa Tengah yang
perjuangannya sarat dengan nilai-nilai luhur dan semangat melekat dalam
jiwa, semangat dan kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya,
masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta khususnya.
Disisi lain melestarikan kata
Diponegoro menjadi nama KODAM IV/Diponegoro mengandung makna luhur
yaitu membentuk setiap prajurit Diponegoro selalu mengikuti, menghayati
dan mengamalkan jiwa, semangat dan kepribadian Pangeran Diponegoro,
untuk tetap siap siaga menentang siapapun dan memberantas kegiatan
apapun yang merongrong kemerdekaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c. Bintang warna kuning bersudut lima yang berarti bahwa
warna kuning adalah cita-cita bercahaya, sedangkan bintang bersudut
lima melambangkan Pancasila.
d. Keris bertangkai putih, berbilah hitam dan berpamor putih merupakan perpaduan dari :
1) Keris adalah senjata pusaka yang melambangkan kesaktian.
2) Bilah hitam artinya tajam dan tenang, melambangkan jiwa yang tajam tenang dan bijaksana.
3) Tangkai putih artinya pegangan suci yang melambangkan dasar kesucian.
4) Pamor putih artinya inti yang bersih, melambangkan prinsip bahwa kebersihan rohani menimbulkan daya upaya yang suci, bijaksana dan waspada.
Komando Daerah Militer IV/Diponegoro (sering disingkat Kodam IV, Kodam Diponegoro, atau Kodam IV/Diponegoro) merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogyakarta. Pangdam IV/Diponegoro yang sekarang menjabat adalah Mayjen TNI Hardiono Saroso pada hari Senin 9 Juli 2012 dari pejabat lama Mayjen TNI Mulhim Asyrof.
Sejarah
Kelahiran dan Perkembangan
Kelahiran Kodam IV/Diponegoro tidak dapat dipisahkan dari jiwa dan semangat Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, karena Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam rangkaian sejarah perjuangan nasional. Untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru berdiri tersebut, maka dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 22 Agustus 1945, dibentuklah suatu badan yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang merupakan bagian dari badan lainnya yaitu Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Rakyat Indonesia menyambut dengan gembira pembentukan BKR tersebut, termasuk pula rakyat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang segera membentuk BKR.
Dalam perkembangannya pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sejalan dengan itu di wilayah Jawa Tengah dibentuk organisasi pejuang kemerdekaan bersenjata yang merupakan embrio dari Kodam IV/Diponegoro dan terdiri dari empat Divisi, yaitu :
a. TKR Divisi IV
Di bawah pimpinan Kolonel GPH Djatikoesoemo, meliputi daerah Karesidenan Pekalongan, Semarang dan Pati dengan Markas Divisi di kota Salatiga.
b. TKR Divisi V
Di bawah pimpinan Kolonel Sudirman, meliputi daerah Karesidenan Kedu dan Banyumas, Markas Divisi di Kota Purwokerto.
c. TKR Divisi IX
Di bawah pimpinan Kolonel Soedarsono meliputi daerah Yogyakarta dengan Markas Divisi di kota Yogyakarta.
d. TKR Divisi X
Di bawah pimpinan Kolonel Soetarto meliputi daerah Surakarta dengan Markas Divisi di kota Solo.
Sementara pembentukan Organisasi TKR Jawa Tengah sedang berjalan, di beberapa kota terjadi pertempuran untuk menegakkan kemerdekaan yaitu merebut senjata dari pihak Jepang. Organisasi TKR mengalami perkembangan menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), dengan penetapan Pemerintah Nomor : 2 / S.D / 1946 tanggal 7 Januari 1946. Selanjutnya disempurnakan lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan maklumat pemerintah tanggal 25 Januari 1946 dan akhirnya pada tanggal 3 Juni 1947 TRI diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan diresmikannya TNI, maka semua laskar perjuangan dilebur menjadi satu dan masuk ke dalam TNI. Organisasi TNI Jawa Tengah dan sekitarnya disusun sebagai berikut :
a. Divisi II/Sunan Gunung Jati, dipimpin oleh Mayor Jenderal Gatot subroto, meliputi daerah Cirebon, Tegal/Brebes dan Banyumas.
b. Divisi III/Pangeran Diponegoro, dipimpin oleh Mayor Jenderal R. Susalit, meliputi daerah Pekalongan, Kedu, Yogyakarta, Pemalang dan Kendal.
c. Divisi IV/Panembahan Senopati, dipimpin oleh Mayor Jenderal Sutarto, meliputi daerah Semarang, Surakarta dan Pacitan.
d. Divisi V/Ronggolawe, dipimpin oleh Mayor Jenderal GPH Djatikoesoemo, meliputi daerah Pati, Bojonegoro dan Madiun.
Pada HUT I Angkatan Perang Republik Indonesia tanggal 5 Oktober 1946 diadakan parade di alun‑alun Yogyakarta. Dalam upacara tersebut Presiden RI memberi nama dan menyerahkan Panji‑panji kepada Divisi‑Divisi di Jawa Tengah. Panji Diponegoro untuk Divisi III yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Divisi Diponegoro. Dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI, maka berdasarkan Penetapan Presiden 1949 No. : 14 tanggal 4 Mei 1948, pemerintah melakukan Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RE‑RA) dengan sasaran penyusunan personil menjadi pasukan tempur dan pasukan teritorial. Dengan adanya RE‑RA tersebut, maka Divisi II/Sunan Gunung Jati, Divisi III/Pangeran Diponegoro dan Divisi V/Ronggolawe dilebur menjadi satu divisi dibawah pimpinan Kolonel Bambang Sugeng. Sedangkan Divisi IV/Panembahan Senopati menjadi Komando Pertempuran Panembahan Senopati. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan Penetapan Presiden Nomor : 23 tahun 1948 Divisi Jawa Tengah dibagi menjadi dua Daerah Militer Istimewa (DMI), yaitu DMI II dibawah Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto dan DMI III dibawah Gubernur Militer Kolonel Bambang Sugeng.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor: 5/D/AP/49 tanggal 31 Oktober 1949 kedua Divisi tersebut digabungkan menjadi satu dengan nama Divisi III, dan Kolonel Gatot Subroto ditetapkan sebagai Panglima. Setelah berakhimya Perang kemerdekaan, TNI memasuki masa konsolidasi. Dalam masa konsolidasi terjadi perubahan organisasi karena wilayah RI disusun menjadi 7 Tentara Territorium (TT). Daerah Jawa Tengah termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, disusun menjadi satu Tentara Tirritorium (TT) dan selanjutnya sebagai realisasi dari Penetapan Kasad Nomor : 83/KSAD/PNTP/1950 tanggal 20 Juli 1950 menjadi Tentara & Territorium IV/Jawa Tengah dengan Panglima Kolonel Gatot Subroto yang berkedudukan di Semarang. Dalam rangka memelihara kesatuan jiwa, sikap dan korps, berdasarkan Keputusan Panglima TT IV/Jawa Tengah Nomor : 34/B-4/D-III/1950 tanggal 5 Oktober 1950 diresmikan pemakaian satu‑satunya badge Divisi Diponegoro untuk seluruh TNI di Jawa Tengah.
Pejabat Pangdam
Kolonel TNI Gatot Subroto (1949-1952)
Kolonel TNI Moch Bachrun (1952-1956)
Kolonel TNI Soeharto (1956-1959)
Kolonel TNI Pranoto Reksosamodra (1959-1961)
Brigjen TNI Sarbini (1961-1964)
Brigjen TNI Soeryo Soempeno (1964-1966)
Mayjen TNI Soerono (1966-1970)
Mayjen TNI Widodo (1970-1973)
Mayjen TNI Yasir Hadi. B (1973-1977)
Mayjen TNI Soemitro (1977-1978)
Mayjen TNI Soekotjo (1978-1981)
Mayjen TNI Ismail (1981-1983)
Mayjen TNI Sugiarto (1983-1985)
Mayjen TNI Harsudiyono H (1985-1987)
Mayjen TNI Setijana (1987-1989)
Mayjen TNI Wismoyo Arismunandar (1989-1990)
Mayjen TNI Hariyoto PS (1990-1992)
Mayjen TNI Soerjadi (1992-1993)
Mayjen TNI Soeyono (1993-1995)
Mayjen TNI Yusuf Kartanegara (1995-1995)
Mayjen TNI Subagyo HS (1995-1997)
Mayjen TNI Mardiyanto (1997 - 1998)
Mayjen TNI Tyasno Sudarto (1998 - 1999)
Mayjen TNI Bibit Waluyo (1999 - 2000)
Mayjen TNI Sumarsono (2000 - 2002)
Mayjen TNI Cornel Simbolon (Feb 2002 - Feb 2003)
Mayjen TNI Amirul Isnaeni (Feb 2003 - Juni 2003)
Mayjen TNI Sunarso (31 Desember 2003 - 2006)
Mayjen TNI Agus Suyitno (2006 - 2008)
Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro (Januari 2008 - Juli 2008)
Mayjen TNI Haryadi Soetanto (Juli 2008 - Okt 2009)
Mayjen TNI Budiman (Okt 2009 - Juni 2010)
Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono (Juni 2010 - Agustus 2011)
Mayjen TNI Mulhim Asyrof (Agustus 2011 - Juli 2012)
Mayjen TNI Hardiono Saroso (Juli 2012 - Sekarang)
Korem di bawah Kodam IV/Diponegoro
1. Korem 071/Wijayakusuma (WK) di Purwokerto
Kodim 0701/Banyumas
Kodim 0702/Purbalingga
Kodim 0703/Cilacap
Kodim 0704/Banjar Negara
Kodim 0710/Pekalongan
Kodim 0711/Pemalang
Kodim 0712/Tegal
Kodim 0713/Brebes
Kodim 0736/Batang
2. Korem 072/Pamungkas (PMK) di Yogyakarta
Kodim 0705/Magelang
Kodim 0706/Temanggung
Kodim 0707/Wonosobo
Kodim 0708/Purworejo
Kodim 0709/Kebumen
Kodim 0729/Bantul
Kodim 0730/Gunung Kidul
Kodim 0731/Kulon Progo
Kodim 0732/Sleman
Kodim 0734/Yogyakarta
3. Korem 073/Makutarama (MKT) di Salatiga
Kodim 0714/Salatiga
Kodim 0715/Kendal
Kodim 0716/Demak
Kodim 0717/Purwodadi
Kodim 0718/Pati
Kodim 0719/Jepara
Kodim 0720/Rembang
Kodim 0721/Blora
Kodim 0722/Kudus
4. Korem 074/Warastratama (WRS) di Solo
Kodim 0723/Klaten
Kodim 0724/Boyolali
Kodim 0725/Sragen
Kodim 0726/Sukoharjo
Kodim 0727/Karang Anyar
Kodim 0728/Wonogiri
Kodim 0735/Surakarta
5. Resimen Induk Kodam IV/Diponegoro di Magelang
Satuan-satuan lainnya di bawah Kodam IV/Diponegoro
Brigade Infanteri 4/Dewa Ratna di Slawi
Yonif 400/Raider dulu bernama Yonif 401/Banteng Raiders di Semarang
Yonif 403/Wirasada Pratista di Yogyakarta
Yonif 405/Suryakusuma di Banyumas
Yonif 406/Candrakusuma di Purbalingga
Yonif 407/Padmakusuma di Tegal
Yonif 408/Suhbrasta di Sragen
Yonif 410/Alugora di Blora
Yonif 412 di Purworejo
Yonkav 2/Tank-Turangga Seta di Ambarawa
Yon Armed 3
Yon Arhanudse 15-Dahana Bhaladika Yudha
Yon Zipur 4/Tanpa Kawandya di Banyubiru, Semarang
Kelahiran dan Perkembangan
Kelahiran Kodam IV/Diponegoro tidak dapat dipisahkan dari jiwa dan semangat Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, karena Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam rangkaian sejarah perjuangan nasional. Untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru berdiri tersebut, maka dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 22 Agustus 1945, dibentuklah suatu badan yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang merupakan bagian dari badan lainnya yaitu Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Rakyat Indonesia menyambut dengan gembira pembentukan BKR tersebut, termasuk pula rakyat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang segera membentuk BKR.
Dalam perkembangannya pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sejalan dengan itu di wilayah Jawa Tengah dibentuk organisasi pejuang kemerdekaan bersenjata yang merupakan embrio dari Kodam IV/Diponegoro dan terdiri dari empat Divisi, yaitu :
a. TKR Divisi IV
Di bawah pimpinan Kolonel GPH Djatikoesoemo, meliputi daerah Karesidenan Pekalongan, Semarang dan Pati dengan Markas Divisi di kota Salatiga.
b. TKR Divisi V
Di bawah pimpinan Kolonel Sudirman, meliputi daerah Karesidenan Kedu dan Banyumas, Markas Divisi di Kota Purwokerto.
c. TKR Divisi IX
Di bawah pimpinan Kolonel Soedarsono meliputi daerah Yogyakarta dengan Markas Divisi di kota Yogyakarta.
d. TKR Divisi X
Di bawah pimpinan Kolonel Soetarto meliputi daerah Surakarta dengan Markas Divisi di kota Solo.
Sementara pembentukan Organisasi TKR Jawa Tengah sedang berjalan, di beberapa kota terjadi pertempuran untuk menegakkan kemerdekaan yaitu merebut senjata dari pihak Jepang. Organisasi TKR mengalami perkembangan menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), dengan penetapan Pemerintah Nomor : 2 / S.D / 1946 tanggal 7 Januari 1946. Selanjutnya disempurnakan lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan maklumat pemerintah tanggal 25 Januari 1946 dan akhirnya pada tanggal 3 Juni 1947 TRI diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan diresmikannya TNI, maka semua laskar perjuangan dilebur menjadi satu dan masuk ke dalam TNI. Organisasi TNI Jawa Tengah dan sekitarnya disusun sebagai berikut :
a. Divisi II/Sunan Gunung Jati, dipimpin oleh Mayor Jenderal Gatot subroto, meliputi daerah Cirebon, Tegal/Brebes dan Banyumas.
b. Divisi III/Pangeran Diponegoro, dipimpin oleh Mayor Jenderal R. Susalit, meliputi daerah Pekalongan, Kedu, Yogyakarta, Pemalang dan Kendal.
c. Divisi IV/Panembahan Senopati, dipimpin oleh Mayor Jenderal Sutarto, meliputi daerah Semarang, Surakarta dan Pacitan.
d. Divisi V/Ronggolawe, dipimpin oleh Mayor Jenderal GPH Djatikoesoemo, meliputi daerah Pati, Bojonegoro dan Madiun.
Pada HUT I Angkatan Perang Republik Indonesia tanggal 5 Oktober 1946 diadakan parade di alun‑alun Yogyakarta. Dalam upacara tersebut Presiden RI memberi nama dan menyerahkan Panji‑panji kepada Divisi‑Divisi di Jawa Tengah. Panji Diponegoro untuk Divisi III yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Divisi Diponegoro. Dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI, maka berdasarkan Penetapan Presiden 1949 No. : 14 tanggal 4 Mei 1948, pemerintah melakukan Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RE‑RA) dengan sasaran penyusunan personil menjadi pasukan tempur dan pasukan teritorial. Dengan adanya RE‑RA tersebut, maka Divisi II/Sunan Gunung Jati, Divisi III/Pangeran Diponegoro dan Divisi V/Ronggolawe dilebur menjadi satu divisi dibawah pimpinan Kolonel Bambang Sugeng. Sedangkan Divisi IV/Panembahan Senopati menjadi Komando Pertempuran Panembahan Senopati. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan Penetapan Presiden Nomor : 23 tahun 1948 Divisi Jawa Tengah dibagi menjadi dua Daerah Militer Istimewa (DMI), yaitu DMI II dibawah Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto dan DMI III dibawah Gubernur Militer Kolonel Bambang Sugeng.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor: 5/D/AP/49 tanggal 31 Oktober 1949 kedua Divisi tersebut digabungkan menjadi satu dengan nama Divisi III, dan Kolonel Gatot Subroto ditetapkan sebagai Panglima. Setelah berakhimya Perang kemerdekaan, TNI memasuki masa konsolidasi. Dalam masa konsolidasi terjadi perubahan organisasi karena wilayah RI disusun menjadi 7 Tentara Territorium (TT). Daerah Jawa Tengah termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, disusun menjadi satu Tentara Tirritorium (TT) dan selanjutnya sebagai realisasi dari Penetapan Kasad Nomor : 83/KSAD/PNTP/1950 tanggal 20 Juli 1950 menjadi Tentara & Territorium IV/Jawa Tengah dengan Panglima Kolonel Gatot Subroto yang berkedudukan di Semarang. Dalam rangka memelihara kesatuan jiwa, sikap dan korps, berdasarkan Keputusan Panglima TT IV/Jawa Tengah Nomor : 34/B-4/D-III/1950 tanggal 5 Oktober 1950 diresmikan pemakaian satu‑satunya badge Divisi Diponegoro untuk seluruh TNI di Jawa Tengah.
Pejabat Pangdam
Kolonel TNI Gatot Subroto (1949-1952)
Kolonel TNI Moch Bachrun (1952-1956)
Kolonel TNI Soeharto (1956-1959)
Kolonel TNI Pranoto Reksosamodra (1959-1961)
Brigjen TNI Sarbini (1961-1964)
Brigjen TNI Soeryo Soempeno (1964-1966)
Mayjen TNI Soerono (1966-1970)
Mayjen TNI Widodo (1970-1973)
Mayjen TNI Yasir Hadi. B (1973-1977)
Mayjen TNI Soemitro (1977-1978)
Mayjen TNI Soekotjo (1978-1981)
Mayjen TNI Ismail (1981-1983)
Mayjen TNI Sugiarto (1983-1985)
Mayjen TNI Harsudiyono H (1985-1987)
Mayjen TNI Setijana (1987-1989)
Mayjen TNI Wismoyo Arismunandar (1989-1990)
Mayjen TNI Hariyoto PS (1990-1992)
Mayjen TNI Soerjadi (1992-1993)
Mayjen TNI Soeyono (1993-1995)
Mayjen TNI Yusuf Kartanegara (1995-1995)
Mayjen TNI Subagyo HS (1995-1997)
Mayjen TNI Mardiyanto (1997 - 1998)
Mayjen TNI Tyasno Sudarto (1998 - 1999)
Mayjen TNI Bibit Waluyo (1999 - 2000)
Mayjen TNI Sumarsono (2000 - 2002)
Mayjen TNI Cornel Simbolon (Feb 2002 - Feb 2003)
Mayjen TNI Amirul Isnaeni (Feb 2003 - Juni 2003)
Mayjen TNI Sunarso (31 Desember 2003 - 2006)
Mayjen TNI Agus Suyitno (2006 - 2008)
Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro (Januari 2008 - Juli 2008)
Mayjen TNI Haryadi Soetanto (Juli 2008 - Okt 2009)
Mayjen TNI Budiman (Okt 2009 - Juni 2010)
Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono (Juni 2010 - Agustus 2011)
Mayjen TNI Mulhim Asyrof (Agustus 2011 - Juli 2012)
Mayjen TNI Hardiono Saroso (Juli 2012 - Sekarang)
Korem di bawah Kodam IV/Diponegoro
1. Korem 071/Wijayakusuma (WK) di Purwokerto
Kodim 0701/Banyumas
Kodim 0702/Purbalingga
Kodim 0703/Cilacap
Kodim 0704/Banjar Negara
Kodim 0710/Pekalongan
Kodim 0711/Pemalang
Kodim 0712/Tegal
Kodim 0713/Brebes
Kodim 0736/Batang
2. Korem 072/Pamungkas (PMK) di Yogyakarta
Kodim 0705/Magelang
Kodim 0706/Temanggung
Kodim 0707/Wonosobo
Kodim 0708/Purworejo
Kodim 0709/Kebumen
Kodim 0729/Bantul
Kodim 0730/Gunung Kidul
Kodim 0731/Kulon Progo
Kodim 0732/Sleman
Kodim 0734/Yogyakarta
3. Korem 073/Makutarama (MKT) di Salatiga
Kodim 0714/Salatiga
Kodim 0715/Kendal
Kodim 0716/Demak
Kodim 0717/Purwodadi
Kodim 0718/Pati
Kodim 0719/Jepara
Kodim 0720/Rembang
Kodim 0721/Blora
Kodim 0722/Kudus
4. Korem 074/Warastratama (WRS) di Solo
Kodim 0723/Klaten
Kodim 0724/Boyolali
Kodim 0725/Sragen
Kodim 0726/Sukoharjo
Kodim 0727/Karang Anyar
Kodim 0728/Wonogiri
Kodim 0735/Surakarta
5. Resimen Induk Kodam IV/Diponegoro di Magelang
Satuan-satuan lainnya di bawah Kodam IV/Diponegoro
Brigade Infanteri 4/Dewa Ratna di Slawi
Yonif 400/Raider dulu bernama Yonif 401/Banteng Raiders di Semarang
Yonif 403/Wirasada Pratista di Yogyakarta
Yonif 405/Suryakusuma di Banyumas
Yonif 406/Candrakusuma di Purbalingga
Yonif 407/Padmakusuma di Tegal
Yonif 408/Suhbrasta di Sragen
Yonif 410/Alugora di Blora
Yonif 412 di Purworejo
Yonkav 2/Tank-Turangga Seta di Ambarawa
Yon Armed 3
Yon Arhanudse 15-Dahana Bhaladika Yudha
Yon Zipur 4/Tanpa Kawandya di Banyubiru, Semarang
0 Komentar